Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ken Arok atau
sering pula ditulis Ken Angrok (lahir di Jawa Timur pada
tahun 1182, wafat di Jawa Timur pada tahun 1247atau 1227),
adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari).
Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).
Asal usul
Ken Arok adalah dikisahkan sebagai putra Gajah Para
dari desa Campara (Bacem, Sutojayan, Blitar) dengan seorang wanita desa Pangkur
(Jiwut, Nglegok, Blitar) bernama Ken Ndok.[1] "Gajah"
adalah nama jabatan setara "wedana" (pembantu adipati) pada era
kerajaan Kediri. Sebelum Ken Arok lahir ayahnya telah meninggal dunia saat
ia dalam kandungan, dan saat itu Ken Ndok telah direbut oleh raja Kediri. Oleh
ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan
dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai
mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang.
Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang
penjudi dari desa Karuman (sekarang Garum, Blitar) yang menganggapnya
sebagai pembawa keberuntungan.
Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat
Genukbuntu, istri tua Bango Samparan. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak
kepala desa Siganggeng, sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang.[1] Keduanya
pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan
Kadiri.
Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe,
yang datang ke tanah Jawa mencari titisanWisnu. Dari ciri-ciri yang
ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.[1]
Merebut Tumapel
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara camat zaman
sekarang)Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan
Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawalTunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul
Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalauKen Dedes akan
menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok
berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk
membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Bango Samparanpun
memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari
desa Lulumbang, sekarangPlumbangan, Doko, Blitar (Sukatman, 2012), yaitu
seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris
ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang
mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu
Gandringsampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan
kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok
sendiri.
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan
rencananya untuk merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia meminjamkan
keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga
memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga
semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian,
siasat Ken Arok berhasil.[1]
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu
dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul
Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi
saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken
Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa
keterpaksaan.
Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena
kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Ken Arok lalu
mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken
Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri
saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.[1]
Mendirikan Kerajaan Tumapel
Pada tahun 1222 terjadi perselisihan
antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana.
Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta
perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan
terhadapKadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai
kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri
Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi
Kertajaya (dalam Pararaton disebut
Dhandhang Gendis) tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku
hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok
pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi
di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan
naik ke alamdewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.[1]
Keturunan Ken Arok
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak
Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan
Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah
memberinya empat orang anak pula, yaituTohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan
Dewi Rambi.
Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra
dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.
Silsilah Wangsa
Rajasa dari berbagai sumber prasasti dan naskah.
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok
yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua.
Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui
kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau
ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan Keris Mpu
Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh
pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok
tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti
membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi
pada tahun 1247.
Versi Nagarakretagama
Nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365).
Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan putra
Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
Pada tahun 1222 Sang Girinathaputra
mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja
pertama di Tumapelbergelar Sri Ranggah Rajasa. Ibu kota
kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari olehWisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 (selisih
20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan
arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai Siwa,
dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian Sang Rajasa dalam Nagarakretagama terkesan
wajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut
merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga
peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit dianggap
aib.
Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sang Rajasa
dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255).
Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara
Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan
kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.
Keistimewaaan Ken Arok
Nama Rajasa selain dijumpai dalam
kedua naskah sastra di atas, juga dijumpai dalam prasasti Balawi yang
dikeluarkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305.
Dalam prasasti itu Raden Wijaya mengaku sebagai anggota Wangsa
Rajasa. Raden Wijaya memang adalah keturunan Ken Arok.
Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam Pararaton,
sehingga diduga kuat merupakan ciptaan si pengarang sebagai nama asli Rajasa. Arok diduga
berasal dari kata rok yang artinya "berkelahi".
Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi.
Pengarang Pararaton sengaja
menciptakan tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sang Rajasa dengan penuh keistimewaan.
Kasus yang sama terjadi pula pada Babad Tanah Jawi di mana
leluhur raja-raja Kesultanan Mataramdikisahkan sebagai manusia-manusia
pilihan yang penuh dengan keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai
putraBrahma, titisan Wisnu, serta penjelmaan Siwa, sehingga
seolah-olah kekuatan Trimurti berkumpul dalam dirinya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok,
dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri Kerajaan Tumapel merupakan
perkawinan seorang bangsawan yang dipercaya sebagai titisan Dewa Brahma dengan
seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas
rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu dinasti
baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah pulau
Jawa.
Keturunan
·
Ken Arok dikenal sebagai pendiri Dinasti Rajasa, yakni dinasti yang
menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahithingga abad
ke-16. Para raja Demak, Pajang, dan Mataram Islam, juga
merupakan keturunan Dinasti Rajasa.
Gelar
kebangsawanan
|
||
Didahului
oleh:
- |
Raja Tumapel
(Singhasari)
1222 — 1227 |
Diteruskan oleh:
Anusapati |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar